Senin, 18 Desember 2023

Kenapa Doa Selesai Makan Pakai Kata "Kami"

Kenapa ya, padahal makannya sendiri tapi "doa selesai makan" kok pakai kata "kami"?
الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا مسلمين.
"Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum, dan menjadikan kami sebagai orang Islam."

Begitu pula variasi doa mau tidur yang ini:
الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا وآوانا فكم ممن لا كافي له ولا مؤوي
"Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum, memberi kami tempat berlindung. Betapa banyak orang yang tidak tercukupi kebutuhannya dan tidak punya tempat beristirahat."

Kan yang makan, saya; yang minum saya; yang lagi menikmati tempat tidur, saya; yang lagi berterimakasih, juga saya. Kenapa bawa-bawa orang lain?

Simpel sih, jawabannya. Semua orang bisa langsung menerka-nya. Yakni: 
1. Biar kita tidak egois dan biar kita juga belajar gembira dengan kegembiraan orang lain.
2. Kita bisa makan sekarang, karena semua orang yang memproduksi makanan, juga bisa makan kemarin.
3. Kita bisa makan sekarang, karena orang tua kita dan kakek nenek kita sampai Nabi Adam bisa makan. Coba kalau mereka dulu tidak bisa makan dan mati kelaparan, maka kita nggak bisa makan sekarang.

Maka dari itu, sudah selayaknya kita berkata "terimakasih Tuhan sudah memberi kami makan dan minum".

Apa sudah selesai? Belum, kalau seandainya doa selesai makan hanya cocok dengan menggunakan kata "kami", maka kenapa ada doa yang pakai kata "saya"? Bahkan kalau pakai versi itu, bisa dapat bonus "diampuni dosanya yang telah lalu":
 " مَنْ أَكَلَ طَعَامًا، فَقَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ ؛ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ". 
"Barangsiapa yang makan, lalu langsung berkata, 'segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan menjadikannya rejeki untukku tanpa aku mampu menolak dan mengusahakannya sendiri', maka dosanya yang telah lalu, diampuni oleh Allah."

Hmmm...berarti bukan masalah "kami" atau "saya". 

Lalu faktor apa yang paling penting disitu? Mungkin faktor terpenting itu adalah "melepaskan nikmat/kesuksesan dari ego" dan "menyadari sumber sejati nikmat itu adalah gara-gara Tuhan". Bahasa kasarnya: sekian persen atau seluruh nikmat/kesuksesan hidup adalah gara-gara keberuntungan. Bukankah punya tangan lengkap adalah sebuah keberuntungan? Dengan Keberuntungan itu, kita bisa berusaha lalu kufur nikmat dengan mengaku-aku bahwa semua usaha itu adalah milik kita dan kita lah penyebab kesuksesan/nikmat yang kita terima. Tentu keyakinan semacam ini adalah dosa. Kemudian kita baca doa pelebur dosa ego itu dan kita mengakui bahwa semua nikmat ini adalah gara-gara Allah. Bukankah ini adalah sebuah pertobatan? Dan...bukankah tobat seperti itu secara tidak langsung menggugurkan dosa kufur nikmat tadi?

To be continued (klo masih hidup)
Previous Post
Next Post

Hai, nama saya Maulanida ^_^ Sudah, gitu aja :D Peace Assalamu alaikum

0 comments: