Senin, 02 November 2020

STANDAR INTROSPEKSI

Bagaimana caranya mengetahui kesalahan kita tanpa ada yang memberi tahu? Memikirkannya sendiri atau menunggu "celaka karena perbuatan sendiri" sehingga sadar dengan kesalahan yang telah dilakukan. Cara kedua sungguh menyakitkan dan tidak kita inginkan. Kita bahas cara pertama saja, introspeksi.

Cara
Introspeksi bisa dengan melihat diri sendiri. Setelah melihat diri, terkadang saya masih tidak tahu apa yang salah. Ternyata saya terpengaruh oleh persepsi diri saya sendiri. Mudahnya, saya menganggap diri saya baik sehingga kejelekanku juga saya anggap baik. Untuk menghindari ini, saya perlu standar kebaikan.

Masalah 1
Standar kebaikan yang bisa digunakan dalam introspeksi itu, punya banyak versi. Misalnya: agama, adat, etika, hukum, perasaan, kemanusiaan, kesehatan, keindahan, kegunaan, materi finansial, dan rasa senang. 

Masalah 2
Kemudian ternyata berbagai standar kebaikan itu tidak selalu berjalan beriringan. Misalnya: aktivitas ini menyenangkan tapi menghabiskan uang, makanan ini enak tapi tidak baik untuk kesehatan, perbuatan ini menambah kekayaan tapi jahat, benda itu indah tapi tidak berguna atau bertentangan dengan agama, dan lain sebagainya.

Solusi
Akhirnya, standar itu diurutkan sesuai skala prioritas atau kemuliaan. Misalnya: kesehatan, keuangan, dan adat didahulukan daripada rasa senang. Setelah itu, kegunaan didahulukan daripada keindahan. Di atas semuanya, kepentingan agama didahulukan daripada kepentingan dunia ketika saling bertentangan (tentu saja bagi orang yang mementingkan akhirat daripada dunia). Ini -mungkin- namanya self perception.

Hambatan
Dalam perjalanan hidup, urutan standar ini bisa berubah-ubah. Tergantung situasi, kepentingan, kepercayaan diri, kekecewaan, iming-iming, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang yang Perinsipnya masih belum kuat, akan mudah berubah.

Alternatif lain
Sebenarnya, ada cara lain untuk mengetahui kesalahan diri tanpa introspeksi atau tanpa menunggu kerugian/musibah. Yakni: refleksi kepada alam atau orang lain. Caranya melihat harmoni alam dan menirunya. Bisa juga melihat orang yang bertingkah buruk lalu kita menjauhi tingkah itu. Bisa juga melihat orang yang bertingkah baik lalu kita menirunya. Namun, lagi-lagi terdapat ketidakjelasan, orang baik itu seperti apa. Beda orang, beda penilaiannya.
Previous Post
Next Post

Hai, nama saya Maulanida ^_^ Sudah, gitu aja :D Peace Assalamu alaikum

0 comments: