Minggu, 02 Agustus 2020

PENGANGGURAN TERSELUBUNG

Aku mungkin adalah pengangguran terselubung. Sebab, saya merasa bisa dipecat untuk perampingan pegawai.
Tiga Macam Pengangguran
Teorinya begini, pengangguran dibagi menjadi tiga: pengangguran terbuka, setengah menganggur, dan pengangguran terselubung. (1) Pengangguran terbuka adalah orang yang masih di usia produktif tapi tidak bekerja dan mencari kerja. (2) Setengah menganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Sedangkan (3) pengangguran terselubung adalah orang yang berpotensi akan menganggur karena bekerja tidak sesuai bidang/kemampuannya atau bekerja di tempat yang terlalu banyak mengangkat pegawai untuk mengerjakan suatu hal.

Seni Masa bodoh
Aku menyadari ketidakpentinganku dan saya menerima itu. Sikap ini berguna untukku sehingga saya tetap menjalankan tugasku dan tidak feeling upset (merasa murung). Sikap ini juga melepaskan pikiranku untuk mencari apa yang bisa kulakukan di pekerjaanku dan inovasi baru.

Fungsi Pengorganisasian
Nyatanya, saya tidak maksimal dalam tugas pokokku. Saya cenderung mengurusi hal-hal lain di luar tugas standar bagi pegawai fungsional (bukan struktural) di bidang ini. Hal ini menunjukkan adanya disfungsi tupoksi (entah apa istilahnya) dalam organisasi.

Evaluasi Berkala
Di sisi lain, ternyata tidak ada evaluasi tugas sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Yang penting saya hadir dan kehadiran saya dijadikan dasar penghitungan upah. Enak ya kerja begini? (Karena "bukan kerja") namun jika ada acara tertentu, tiba-tiba tugas jadi banyak untuk mendukung kesuksesan acara/agenda tersebut. Ini pun ada hitungan ceperan uangnya. Salahsatu senior berkata, "Kita haris bergerak dan menyadari tugas kita sendiri, kalau tidak, maka bisa-bisa pekerjaan itu terbengkalai."

Durasi Kerja
Aslinya, saya hanya wajib hadir sekitar 6,5 jam × 2 + 3,5 jam × 3 = 23,5 jam seminggu. Itu sudah ditambah, loh. Saya merasa tidak nyaman dengan rasa seperti makan gaji buta (tidak kerja tapi digaji) dan ber-enak-enakan dengan mengikuti alur yang ada padahal saya tahu bahwa alur itu jauh dibawah standar profesional yang berlaku umum. Oleh karena itu, saya berusaha datang dari pagi sampai sore (8 jam) dan bekerja sesuai lazimnya (standar profesional umum). 

Jika keadaan saya dinilai berdasar teori pengangguran di awal tulisan ini, maka saya juga termasuk setengah menganggur. Itu tidak apa-apa sih di budaya uang berlaku disini. Untuk mengatasi status setengah menganggur, banyak orang bekerja di dua tempat atau lebih. Di samping itu, mereka juga bisa dapat penghasilan lebih banyak (atas izin tuhan juga, mungkin).

Karena hampir tidak ada beban kerja yang berulang, maka kamu bisa mendapati saya bersantai, tidak melakukan apa-apa, dan sibuk melakukan hal yang tidak berkontribusi. Sering saya menghabiskan waktu berjam-jam mencari/mempelajari apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya. Bisa juga, saya mengisinya dengan pengembangan untuk diriku pribadi. Jeleknya -dari sudut moral-, aku diberi uang dari orang-orang yang bekerja real untuk membayar lembaga/tempat saya. Sungguh ini adalah tatanan yang tidak sehat karena tidak terjadi pertukaran "manfaat".

Kesimpulan
Orang setengah menganggur dan penganggur terselubung bekerja di tempat kerja yang (1) pembagian/penentuan tugas struktur organisasinya tidak berfungsi; (2) tidak ada evaluasi berkala; (3) jam kerja pendek; serta (4) di-isi orang setengah menganggur, part time, dan pengangguran terselubung lainnya. 

Peringatan
• Kesimpulan ini tidak bisa digeneralisir tapi bisa diproyeksikan kepada keadaan sosial yang serupa.
• Inefisiensi ini bisa dibilang mubadzdzir. Mubadzdzir merupakan perbuatan yang buruk.

اللهم ارزقني حبك وحب من ينفعني حبه عندك وما رزقتني مما أحب فاجعله قوة لما تحب وما زويتني عما أحب فاجعله فراغا فيما تحب. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. والحمد لله رب العالمين. آمين.
Previous Post
Next Post

Hai, nama saya Maulanida ^_^ Sudah, gitu aja :D Peace Assalamu alaikum

0 comments: