Kamis, 21 Mei 2020

TERAS TOKO MALAM ITU

Nakamura tiba-tiba duduk di sebelah gelandangan. Dia bertanya, "Aku tahu kamu kesepian. Aku menawarkan sebuah kesempatan. Aku punya uang lima jutaan. Kamu bisa pakai itu untuk hidup normal selama sebulan."

Gelandangan itu terkejut bahagia. Ia tak tahu apa yang baru menyambar Nakamura. Nakamura benar-benar lebih layak disebut gila daripada dia. Dia peluk erat tubuh Nakamura di tengah kegelapan teras toko di sebelah jalan raya.

Nakamura baru saja patah hatinya. Tanpa lama-lama, dia ambil tabungannya yang tak berharga lagi di matanya. Dia berikan ke orang yang lebih sering patah hati daripada dirinya. "Jika aku tak bisa berbahagia dengan uang ini, orang lain harus bisa", begitu pikirnya.

Nakamura pulang ke kontrakannya. Dia rebahkan tubuhnya dan tidur dengan hati remuk redam.

"Bodoh kamu", kata temannya, "Jangan berikan semuanya, ini masih korona. Nanti, kau bisa memakainya untuk kebutuhanmu atau memperbaiki penampilanmu atau mengembangkan usaha. Penghasilanmu bertambah dan kau tak akan lagi menjadi hina."

Nakamura diam seribu bahasa.

***

Aku duduk sendirian di teras toko yang sudah tutup. Aku memejamkan mata, mencoba tak peduli dengan segala keberuntungan orang-orang yang lalu-lalang di depanku malam itu. Entah kapan terakhir kali aku keluar rumah dengan badan bersih dan baju bagus seperti mereka. Entah kapan terakhir kalinya aku berjalan dengan teman atau saudara. Aku tak mau lagi memikirkan mereka, membuatku merasa semakin tak berguna. Mataku semakin sayu dan kesadaranku pergi entah kemana.

Tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku. Dia duduk disebelahku, berbicara. Dia menyuruhku hidup normal. Lalu ia berikan amplop uang lima juta empat ratus ribu. Aku memeluknya erat sekali karena bahagia.

Itulah malam titik balik hidupku. Aku pakai uang tiga juta untuk sewa kontrakan setahun agak jauh dari sana. Limaratus ribu untuk beli dua baju, celana, dan alat kebersihan. Enam ratus untuk makanan satu bulan dan sisanya kubawa ke pasar setiap pagi buta.

Aku beli sayur dari petani dan tengkulak yang datang ke pasar sebelum fajar. Lalu aku jual lagi saat matahai terbit. Begitu setiap hari. 

Akhirnya aku memilih berjualan buah di toko kecil ini. Setelah satu tahun mencari pelanggan, uang satu juta berputar tiap hari disini. Keuntunganku 400 ribu perhari. Oh, atas keberuntungan dalam hidupku ini, aku berharap tuhan memberkati dia yang duduk disampingku malam itu. Kuharap dia pun beruntung dalam hidupnya.
Previous Post
Next Post

Hai, nama saya Maulanida ^_^ Sudah, gitu aja :D Peace Assalamu alaikum

0 comments: